EEPIS Online – Sabtu (14/10) telah terlaksana Coaching Clinic on British Parliamentary Debate di Mini Theater Gedung Pascasarjana Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Acara yang diselenggarakan oleh PENS Language and Culture Center (PLCC) ini, menghadirkan pemateri yang ahli di bidangnya yakni Rachmat Nurcahyo, M.A. Beliau adalah pelatih delegasi dari Indonesia untuk World University Debating Championship (WUDC). Selain itu Rachmat Nurcahyo, M.A., juga merupakan salah satu juri dalam pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional.
Dihadiri oleh 139 peserta dari mahasiswa PENS, acara dibuka pada pukul 13.00 WIB dengan penyampaian mekanisme debat oleh pemateri. Sebanyak 8 mahasiswa yang tergabung dalam EEPIS English Club (E2C), menjadi peserta debat yang tampil dalam acara ini. Mereka dibagi menjadi 4 kelompok yang memiliki peran masing-masing yakni opening government, closing government, opening opposition dan closing opposition. Mengusung permasalahan Same-sex School are Better for Students, debat berlangsung dengan lancar dan penuh semangat. Masing-masing kelompok saling memaparkan argumen mereka, dan para peserta lain tampak antusias dalam mengikuti jalannya debat.
Usai keempat tim menyelesaikan sesi debat, Rachmat Nurcahyo, M.A. menilai dan memberikan evaluasi atas penampilan mereka. Tentunya, seluruh peserta yang hadir dapat mengetahui secara langsung apa saja kesalahan yang terjadi selama jalannya debat. Salah satu debator yakni Nurmalita Titania mengaku sangat terbantu dengan adanya acara ini, “Beliau mengoreksi setiap kesalahan kami pada saat debat tadi, hal itu tentunya sangat membantu kami untuk mengerti bagaimana cara untuk menjadi debator yang baik,” tuturnya.
“Penampilan peserta yang kali ini adalah mahasiswa PENS sudah cukup baik. Jika terus diperbaiki, dilatih dan diasah lagi, mereka bisa mengikuti kompetisi-kompetisi debat internasional,” tutur Rachmat Nurcahyo, M.A. Beliau juga menambahkan bahwa mahasiswa harus memiliki kemampuan berdebat yang baik khususnya dalam Bahasa Inggris, agar bisa bersaing di kancah internasional. Harapan dari terselenggaranya acara ini adalah agar para peserta bisa mengetahui secara langsung bagaimana cara menjadi seorang debator yang baik.
“Berdebat yang baik itu tidak hanya sekedar saling beradu argumen, tapi para debator diharapkan mau membuka pandangan dan berpikir kritis terhadap segala sesuatu di sekitar mereka,” ungkap Dias Agata, S.S., M.Pd. selaku ketua pelaksana. Pembagian doorprize kepada 5 peserta yang beruntung, menjadi pertanda berakhirnya acara coaching clinic tersebut.(tts/meg)